"Sesungguhnya..dengan hanya sekuntum senyuman mampu menyembunyikan seribu kedukaan..senyumlah demi mengembirakan hati orang lain.... Inginkan mutiara selamilah lautan.. Inginkan bahagia tempuhilah penderitaan.. Inginkan kejayaan relailah pengorbanan.. Ketahuilah bahawa setiap kepahitan itu sebenarnya terkandung seribu kemanisan... Secebis KASIH membuatkan kita SAYANG..seucap JANJI membuat kita percaya..Sekecil LUKA membuat kita KECEWA..tetapi..Sebuah PERSAHABTAN selamanya BERMAKNA...."
- Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata dusta (bohong semasa berpuasa) maka Allah s.w.t. tidak berhajat padanya untuk meninggalkan makan minumnya. (Riwayat Bukhari)
- Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Tiga doa yang sangat mustajab iaitu doa orang yang berpuasa, doa orang yang dizalimi dan doa orang yang musafir" (Riwayat Ahmad, Bukhari,Abu Daud &al-Tarmizi)
- Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Riba itu mempunyai 73 cara (jalan), yang amat ringan dosanya sama dengan seorang berzina dengan ibu kandungnya" (Riwayat Al-Hakim & Al-Baihaqi)
____________________________________________________________
BICARA AD-DIN
Daripada Abdul Rahman Bin Samurah r.a. berkata, Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
Sesungguhnya aku telah mengalami mimpi yang menakjubkan pada malam kelmarin.....
Aku telah melihat seorang dari umatku telah didatangi malaikatul maut untuk mengambil nyawanya, maka malaikat itu terhalang disebabkan ‘ketaatan kepada kedua ibubapanya’.
Aku melihat seorang dari umatku telah disediakan azab kubur, maka ia telah diselamatkan oleh berkat ‘wuduknya’. Aku melihat seorang dari umatku sedang dikerumuni oleh – oleh syaitan-syaitan, maka ia diselamatkan dengan berkat ‘zikirnya’ kepada Allah.
Aku melihat bagaimana umatku diseret oleh malaikat azab, tetapi ‘solatnya’ telah melepaskannya dari seksaan itu.
Aku melihat umatku ditimpa dahaga yang amat berat, setiap kali dia mendatangi satu telaga dihalang dari meminumnya, ketika itu datanglah pahala ‘puasanya’ memberi minum hingga ia merasa puas.
Aku melihat umatku ....
cuba untuk mendatangi kumpulan para nabi yang sedang duduk berkumpu-kumpul, setiap kali dia datang, dia akan diusir, maka menjelmalah mandi junubnya’ sambil memimpinnya ke kumpulanku seraya duduk disebelahku.
Aku melihat seorang dari umatku berada didalam keadaan gelap, dihadapannya gelap, dibelakangnya gelap, dibawahnya gelap sedangkan dia sendiri dalam keadaan bingung, maka datanglah pahala ‘haji dan umrahnya’ lalu mengeluarkannya dari kegelapan kepada tempat yang terang benderang.
Aku melihat umatku cuba berbicara dengan golongan orang mukmin, tetapi mereka tidak pun membalas bicara nya, maka menjelmalah ‘silaturahimnya’ lalu menyeru kepada mereka agar menyambut bicaranya, lalu berbicaralah mereka dengarnya.
Aku melihat umatku sedang menepis-nepis percikan api ke mukanya, maka segeralah menjelma pahala ‘sedekahnya’ lalu menabiri muka dan kepalanya dari bahaya api tersebut.
Aku melihat umatku sedang diseret oleh malaikat Zanabiah ke merata tempat, maka datanglah pahala ‘amal maafuf nahi mungkarnya’ seraya menyelamatkan dia dari cengkaman tersebut dan diserahkan kepada malaikat rahmat.
____________________________________________________________
Nabi S.A.W bersabda yang bermaksud :
Ada4 di pandang sebagai ibu iaitu:
Ibu utama
1 ) Ibu dari segala UBAT adalah SEDIKIT MAKAN.
2 ) Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERCAKAP.
3 ) Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BUAT DOSA.
4 ) Ibu dari segala CITA-CITA adalah SABAR .
-RENUNGAN DARI AL-QURAN-
Orang yang tidak melakukan solat pada :
Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Zhuhur : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
Asar : Dijauhkan dari kesihatan / kekuatan
Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya.
Isya' : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya
Sabda rasulullah s.a.w yang bermaksud.... " siapa yang bersolat ketika matahari hendak terbenam ... maka sebenarnya dia sedang bersolat di antara 2 tanduk iblis".......
__________________________________________________________________
RENUNGAN....
seorang musuh islam menjadi ulamak terkenal
Suatu petang, di Tahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam. Jeneral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.Setiap banduan penjara membongkokkan badannya rendah-rendah ketika'algojo penjara' itu melintasi di hadapan mereka. Kerana kalau tidak, sepatu'boot keras' milik tuan Roberto yang fanatik Kristian itu akan mendarat diwajah mereka. Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci."Hai...hentikan suara jelekmu! Hentikan...!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sambil membelalakkan mata. Namun apa yang terjadi?Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya.
Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang.Dengan marah ia menyemburkan ludahnya ke wajah tua sang tahanan yang keripot hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyucuh wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.Sungguh ajaib... Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat galak untuk meneriakkan kata Rabbi, wa ana 'abduka...
Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, "Bersabarlah wahai ustaz...InsyaALlahtempatmu di Syurga."Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustaz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak marahnya. Ia memerintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-kerasnya sehingga terjerembab di lantai."Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa hinamu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan bapa kami, Tuhan Jesus. Anda telah membuat aku benci dan geram dengan'suara-suara' yang seharusnya tidak didengari lagi di sini. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mahu minta maaf dan masuk agama kami."Mendengar "khutbah" itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatapRobertodengan tatapan yang tajam dan dingin. Ia lalu berucap, "Sungguh...aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, ALlah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemahuanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh."Sejurus sahaja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung.
Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah berlumuran darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'. Adolf Roberto berusaha memungutnya. Namun tangan sang Ustaz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat. "Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!" bentak Roberto."Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barangsuci ini!"ucap sang ustaz dengan tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan bukui tu. Sepatu lars seberat dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjakjari-jari tangan sang ustaz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namunt idak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.Setelah tangan tua itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya baran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung."Ah...seperti aku pernah mengenal buku ini. Tetapi bila? Ya, aku pernah mengenal buku ini."Suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumiSepanyol.
Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustaz yang sedang melepaskan nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak.Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.Pemuda itu teringat ketika suatu petang di masa kanak-kanaknya terjadi kekecohan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Petang itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa gugur di bumi Andalusia.Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab)digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin petang yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mahu memasuki agama yang dibawa oleh para rahib. Seorang kanak- kanak laki-laki comel dan tampan, berumur sekitar tujuh tahun, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Kanak kanak comel itu melimpahkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan kanak - kanak itu mendekati tubuh sang ummi yang tak sudah bernyawa, sambil menggayuti abinya. Sang anak itu berkata dengan suara parau,"Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telahb erjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa....?Ummi, cepat pulang ke rumah ummi..." Budak kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu apa yang harus dibuat.Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya budak itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi...Abi... Abi..." Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapa ketika teringat petang kelmarin bapanya diseret darirumah oleh beberapa orang berseragam."Hai...siapa kamu?!" jerit segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati budak tersebut. "Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi..." jawabnyamemohon belas kasih. "Hah...siapa namamu budak, cuba ulangi!" bentak salah seorang dari mereka. "Saya Ahmad Izzah..." dia kembali menjawab dengan agak kasar. Tiba-tiba "Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi si kecil. "Haibudak...! Wajahmu cantik tapi namamu hodoh. Aku benci namamu. Sekarang kutukar namamu dengan nama yang lebih baik. Namamu sekarang 'Adolf Roberto'...Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang buruk itu. Kalau kausebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu."Budak itu mengigil ketakutan, sembari tetap menitiskan air mata. Dia hanyamenurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi.
Akhirnya budak tampan itu hidup bersama mereka.Roberto sedar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustaz. Ia mencari-cari sesuatu di pusat laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeria,"Abi...Abi... Abi..."Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusat.Pemuda bengis itu terus meraung dan memeluk erat tubuh tua nan lemah.Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas tingkah-lakunya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun lupa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, "Abi... aku masih ingat alif, ba, ta, tha..."Hanya sebatas kata itu yang masih terakam dalam benaknya.Sang ustaz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyeksanya habis-habisan kini sedang memeluknya. "Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi, tunjukkan aku pada jalan itu..."Terdengar suara Roberto meminta belas.Sang ustaz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika setelah puluhan tahun, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.Sang Abi dengan susah payah masih boleh berucap. "Anakku, pergilah engkauke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu," Setelah selesai berpesan sang ustaz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Asyahadu anla IllaahailALlah, wa asyahaduanna Muhammad Rasullullah. ..'. Beliau pergi dengan menemui Rabbnyadengantersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini. Kini Ahmah Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, 'Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masamuda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru berguru dengannya..."Al-
Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy
Terima Kasih .........
0 comments:
Catat Ulasan